Tuesday 13 October 2009

Masa Depan Warnet Suram?

warnet,mikrotik,wireless,komputer
Mungkin tak sedikit diantara kita yang pada awal tahun 90-an begitu tercengang dengan pesatnya bisnis War-Tel, atau bahkan justru ikut menanamkan modalnya pada bisnis tersebut. Namun apa yang terjadi hari ini? War-Tel secara sporadis tutup usia.

Penetrasi teknologi telepon seluler dapat dijadikan sebagai sebuah penyebab tunggal atas kematian War-tel. Tak ada yang tersisa dari investasi di bisnis ini. Nyaris semua Wartel yang ada baik di pusat kota maupun di daerah pinggiran memilih untuk mengakhiri jalan hidupnya. Hari ini ditengah semakin murah biaya koneksi internet, akankah Warnet akan bernasib sama dengan War-Tel? sebuah pertanyaan yang sangat sering dilontarkan oleh para anggota milis.

Sangatlah tidak sepadan bila kita membandingkan antara Warnet dengan War-Tel. Mengapa?, jelas dalam mengelola War-Tel nyaris tak ada "special skill" yang dibutuhkan. Nah... pandangan ini lah yang harusnya dibangun dan dimiliki oleh para pengelola atau peminat usaha Warnet. Warnet bukan hanya sebuah bentuk usaha penyewaan fasilitas komputer dan internet, melainkan sebuah bentuk usaha kreatif yang sangat menuntut kemampuan-kemampuan khusus dari pengelolanya. Income Warnet bukan hanya datang dari billing penyewaan komputer yang terhubung dengan internet, pos income warnet dapat berkembang menjadi tak terbatas seiring dengan kemampuan dan kreativitas para pengelolanya. Warnet bukan lagi hanya sekedar mesin uang yang monoton dan berhenti mendadak ketika telkom menawarkan biaya yang sangat murah atas koneksi internet.


Warnet dapat dijadikan sebagai sebuah sarana pembelajaran bagi masyarakat awam yang berkeinginan untuk mengetahui dan menguasai hal-hal asing (tentunya menurut mereka) tentang dunia IT. Pembangunan website dan jasa design graphis adalah salah satu pekerjaan yang menurut saya dapat dijadikan pos pendapatan selain 'billing", kedua pekerjaan ini menuntut kreatifitas yang tak terbatas dan juga dapat berkembang dengan baik. Memadukan warnet dengan pekerjaan-pekerjaan jasa IT sebenarnya bukanlah sebuah langkah sulit, toh pada prinsipnya siapapun yang mampu men-setup sebuah warnet sesungguhnya dia telah memiliki kemampuan untuk menyediakan jasa selain sekedar jasa sewa komputer dan internet.

Pos-pos pendapatan inilah (diluar dari yang tercatat di system billing) yang harusnya menjadi perhatian bagi para pengelola warnet. Bila pos-pos tersebut mendapatkan penanganan pengembangan maka tak ada lagi yang harus diragukan atas masa depan warnet, warnet tak akan bernasib serupa dengan wartel, karena sumber daya yang dimiliki warnet dapat berkembang. Hal ini tentunya tak berlaku bagi para pemilik dan pengelola warnet yang hanya mengandalkan jalannya warnet dengan hanya menggadji seorang operator penunggu billing, bila hal itu yang terjadi, maka dapat dipastikan income yang datang hanya dari billing system.

Belakangan ini banyak model kepemilikan dan pengelolaan yang diterapkan di warnet. Ada Owner (pemilik modal) yang sekaligus menjadi pengelola, serta ada juga yang antara pemilik modal dan pengelola merupakan personal yang beda. Apapun model kepemilikan dan pengelolaannya tentunya harus dapat dipahami bahwa warnet tidak hanya sekedar menyediakan layanan sambungan internet dan penyewaan komputer. Warnet harus dapat menjadi sebuah unit industri kreatif yang mampu melahirkan karya-karya yang memiliki nilai jual. Keutuhan visi bagi seorang pemilik dan pengelola warnet sangat menentukan keberlangsungan dan perkembangan warnet tersebut.

Tak butuh modal yang besar untuk dapat memiliki warnet dengan income yang besar. Tampaknya jargon ini sudah tidak menjadi pertanyaan bila kita mampu mengembangkan pos-pos pendapatan warnet yang awalnya hanya mengandalkan billing system.

Banyak cerita tentang warnet yang hanya mampu bertahan kurang dari 12 bulan dan kemudian tutup. Saya yakin, mereka yang menutup warnetnya dikarenakan alasan minimnya income yang didapat ini karena mereka tidak mengembangkan pos-pos income lain selain dari billing system, atau mungkin diperparah dengan penguasaan yang minim atas keahlian-keahlian khusus IT. Cerita lain ada seseorang yang dikarenakan memiliki modal cukup lantas membuka warnet, padahal dia tidak memiliki dasar pemahaman dan kemampuan tentang komputer kemudian kesehariannya orang tersebut mengandalkan seorang karyawan untuk menjalankan warnetnya, yang seperti ini saya jamin tak akan berumur panjang.

.... bersambung

5 Komentar pada artikel “Masa Depan Warnet Suram?”

Anonymous said...

nice article, thanks for information

cimitanet said...

artikel yang bermanfaat tuk, warnet, khusus-a spt sya pengusaha warnet. tq

Free Stuff said...

Asslm, jadi ada pencerahan eung ;-) kebetulan lagi mau berbisnis di dunia warnet ^_^ cuman aga pengen nanya mas, berapa seh modal awal yang pantas buat berbisnis warnet ? thanks...

Poetra Hadi said...

@Free Stuff : modal awal untuk warnet berdasarkan pengalaman saya ada di kisaran 35 sampai 40 jt. Itu sangat tergantung berapa harga sewa tempat (bila menyewa tempat) dan spesifikasi komputer yang digunakan.

zie said...

benar bangat, gak semua pemilik warnet memiliki keahlian khusus dibidang warnet itu sendiri, hanya mengandalkan modal dan mengikuti trend saja.

Bila artikel ini bermanfaat untuk anda, silahkan berikan komentar anda...